📢 Selamat datang di e-GalihOS! Temukan artikel menarik seputar teknologi dan tips blog kreatif setiap minggunya! 🌐📱 📢

Teknik Wawancara dan Interogasi

*BAB 2 Dasar-Dasar Intelijen dan Keamanan | Sub BAB Teknik Wawancara dan Interogasi

Dalam dunia intelijen dan keamanan, pengumpulan informasi menjadi salah satu fondasi utama dalam menjalankan operasi. Di antara berbagai metode yang digunakan, wawancara dan interogasi merupakan teknik yang sangat penting. Meskipun sekilas terdengar serupa, kedua metode ini memiliki perbedaan esensial dalam pendekatan, tujuan, dan etika pelaksanaannya. Artikel ini membahas secara mendalam tentang teknik wawancara dan interogasi, praktik di lapangan, serta referensi ilmiah yang mendasarinya.


1. Perbedaan Antara Wawancara dan Interogasi

Secara umum, wawancara (interview) adalah percakapan terstruktur yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari seseorang yang kooperatif, sementara interogasi (interrogation) dilakukan terhadap seseorang yang tidak kooperatif dan biasanya merupakan tersangka atau individu yang diduga menyembunyikan informasi penting.



2. Teknik Wawancara

Dalam wawancara intelijen, teknik yang digunakan lebih menekankan pada relationship building dan kepercayaan. Beberapa teknik wawancara yang umum digunakan meliputi:

a. Cognitive Interview

Teknik ini digunakan untuk membantu subjek mengingat kembali detail peristiwa melalui stimulasi mental. Pewawancara akan meminta subjek untuk mengingat kembali urutan kejadian dari berbagai sudut pandang.

Contoh praktik:

Seorang agen intelijen mewawancarai saksi mata kasus terorisme. Dengan teknik cognitive interview, saksi diminta mengingat kejadian dari awal hingga akhir, bahkan diminta menceritakan mundur.

b. Rapport Building

Membangun hubungan baik dengan subjek agar merasa nyaman dan terbuka. Ini biasanya dilakukan melalui percakapan ringan, penggunaan bahasa tubuh yang terbuka, dan empati.

Contoh praktik:

Seorang petugas keamanan yang mewawancarai imigran gelap mencoba membangun kepercayaan agar informasi tentang jalur penyelundupan dapat diperoleh.


3. Teknik Interogasi

Interogasi lebih kompleks dan mengandung tekanan emosional serta taktik persuasi. Namun, interogasi harus tetap berpegang pada prinsip hak asasi manusia dan hukum.

a. Reid Technique

Metode interogasi paling terkenal, terdiri dari 9 langkah, termasuk direct confrontation, theme development, dan handling denials. Teknik ini dirancang untuk membuat tersangka merasa bahwa mengaku adalah satu-satunya jalan keluar terbaik.

Contoh praktik:

Dalam kasus pencurian data rahasia, petugas menyodorkan bukti awal kepada pelaku, lalu menggunakan narasi simpatik seperti "Kami tahu kamu hanya korban keadaan" untuk membujuknya mengakui perbuatan.

b. PEACE Model

Berasal dari Inggris, model ini lebih etis dan digunakan secara luas dalam penyidikan modern. PEACE adalah singkatan dari Planning and Preparation, Engage and Explain, Account, Closure, dan Evaluation. Pendekatan ini menghindari tekanan ekstrem.

Contoh praktik:

Dalam penyidikan kasus korupsi, penyelidik menggunakan PEACE model untuk mendapatkan informasi tanpa intimidasi, dengan mengedepankan logika dan data.


4. Etika dan Legalitas

Penggunaan teknik wawancara dan interogasi harus mematuhi hukum nasional maupun konvensi internasional. Penggunaan penyiksaan atau pemaksaan yang mengarah pada pelanggaran HAM dilarang. Oleh karena itu, pelatihan terhadap petugas wawancara dan interogasi harus disertai dengan pendidikan etika dan hukum.


5. Praktik di Lapangan

Dalam praktiknya, teknik wawancara dan interogasi digunakan oleh berbagai lembaga seperti:

  • Kepolisian (untuk penyidikan kasus pidana)
  • Badan Intelijen Negara (untuk pengumpulan informasi keamanan nasional)
  • Lembaga Imigrasi (untuk menginterogasi pengungsi ilegal)
  • Aparat militer (dalam operasi kontra-terorisme atau penangkapan target tertentu)

Contoh nyata (disamarkan untuk keamanan):
Dalam kasus penyelundupan senjata di perbatasan, seorang informan memberikan petunjuk awal. Agen melakukan wawancara dengan teknik rapport building. Setelah mendapatkan titik koordinat pengiriman, pelaku ditangkap. Dalam interogasi, penyidik menggunakan PEACE model untuk menelusuri jaringan penyelundupan tanpa kekerasan.


6. Tantangan dan Pengembangan Teknik

Seiring perkembangan teknologi dan HAM, tantangan dalam interogasi dan wawancara juga meningkat. Misalnya, keberadaan deepfake atau coached testimony membuat validasi informasi lebih rumit. Oleh karena itu, integrasi teknologi seperti analisis mikro-ekspresi, voice stress analysis, dan Artificial Intelligence mulai digunakan dalam mendukung keakuratan hasil interogasi.


7. Kesimpulan

Teknik wawancara dan interogasi merupakan komponen vital dalam dunia intelijen dan keamanan. Penggunaannya menuntut keahlian komunikasi, pemahaman psikologis, dan integritas tinggi. Melalui pendekatan yang tepat dan beretika, wawancara dan interogasi tidak hanya menjadi alat pengumpulan informasi, tetapi juga pilar utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.


Daftar Pustaka Ilmiah

  1. Inbau, F. E., Reid, J. E., Buckley, J. P., & Jayne, B. C. (2013). Criminal Interrogation and Confessions. Jones & Bartlett Publishers.
  2. Milne, R., & Bull, R. (1999). Investigative Interviewing: Psychology and Practice. Wiley.
  3. Gudjonsson, G. H. (2003). The Psychology of Interrogations and Confessions. Wiley.
  4. Williamson, T. (2006). Investigative Interviewing: Rights, Research and Regulation. Willan Publishing.
  5. Moston, S., & Stephenson, G. M. (1993). The cognitive interview: Techniques and applications. Law and Human Behavior, 17(5).
  6. Walsh, D., & Bull, R. (2010). What really is effective in interviews with suspects? A study comparing interviewing skills against interviewing outcomes. Legal and Criminological Psychology.

GALIHOS

Saya seorang blogger dan vlogger. Hidup saya adalah kumpulan cerita, yang terekam dalam piksel dan kata-kata. Saya berkembang di bawah tekanan dengan menjunjung tinggi profesionalitas, merangkul seni, cita rasa, dan jalan yang tak berujung. Alam adalah tempat istirahat saya. Namun, hanya sedikit yang tahu obsesi saya dengan disiplin ilmu spionase, peretasan dan kejahatan digital. Saya mempelajari infiltrasi, enkripsi dan cara melacak jejak digital. Hanya sekadar pembelajaran atau begitulah yang saya kira. Setiap petualangan, setiap rahasia, saya dokumentasikan. Media sosial saya menyimpan masa lalu saya, kebenaran yang mutlak. Satu hal yang pasti, saya akan menjaga konfidensial saya, karena selalu ada penipu yang menyamar sebagai pendengar dan selalu ada pendengar yang mengintai dalam kegelapan.

Lebih baru Lebih lama