Strabismus dan Ambliopia: Peran Lensa dalam Mengembalikan Pandangan yang Seimbang
Pernahkah kamu melihat seseorang yang matanya tidak sejajar? Mungkin satu mata melihat lurus ke depan, sementara mata satunya tampak “melenceng” ke arah lain. Atau pernah mendengar tentang mata malas yang tidak bisa melihat dengan jelas walau sudah pakai kacamata?
Nah, dua kondisi tersebut dikenal dalam dunia medis sebagai strabismus dan ambliopia. Kedua gangguan penglihatan ini sering muncul sejak masa kanak-kanak, dan jika tidak ditangani dengan tepat, bisa menyebabkan gangguan penglihatan permanen.
Kabar baiknya, lensa baik itu kacamata korektif biasa, lensa prisma, maupun lensa atropin – punya peran penting dalam terapi untuk dua gangguan ini. Yuk, kita bahas lebih dalam secara santai namun tetap berbasis sains.
Mengenal Strabismus: Ketika Mata Tak Lagi Kompak
Strabismus adalah kondisi ketika kedua mata tidak sejajar. Ini bukan sekadar masalah kosmetik, melainkan juga bisa memengaruhi fungsi penglihatan secara keseluruhan. Istilah awamnya: mata juling.
Jenis-jenis strabismus antara lain:
- Esotropia: mata mengarah ke dalam
- Exotropia: mata mengarah ke luar
- Hypertropia: satu mata lebih tinggi dari yang lain
- Hypotropia: satu mata lebih rendah dari yang lain
Strabismus terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot penggerak bola mata atau gangguan dalam koordinasi pusat saraf di otak yang mengatur gerakan mata.
Ketika kedua mata tidak melihat objek yang sama secara bersamaan, otak akan kesulitan menggabungkan dua gambar menjadi satu. Akibatnya, bisa muncul penglihatan ganda (diplopia) atau otak "mematikan" input dari satu mata (inilah cikal bakal ambliopia).
Ambliopia: Si Mata Malas yang Kurang Dilatih
Ambliopia dikenal dengan istilah "lazy eye" alias mata malas. Kondisi ini terjadi ketika satu mata tidak berkembang dengan baik karena otak lebih memilih input visual dari mata yang lain.
Penyebab ambliopia bisa bermacam-macam:
- Strabismus (mata tidak sejajar)
- Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi sejak kecil (misalnya satu mata sangat minus, yang lain tidak)
- Obstruksi visual seperti katarak kongenital
Jika tidak ditangani sejak dini, ambliopia bisa menyebabkan penurunan fungsi penglihatan permanen pada satu mata, karena otak tidak pernah belajar memproses gambar dari mata tersebut.
Peran Lensa dalam Terapi Strabismus dan Ambliopia
Sekarang kita masuk ke inti bahasan: bagaimana lensa bisa membantu terapi strabismus dan ambliopia?
1. Kacamata Korektif untuk Kelainan Refraksi
Untuk banyak anak dengan strabismus atau ambliopia, kacamata dengan resep yang tepat adalah langkah awal yang sangat penting.
🔍 Fungsi kacamata korektif:
- Mengoreksi rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), dan astigmatisme
- Membantu mata bekerja lebih seimbang
- Pada beberapa kasus esotropia (mata ke dalam), koreksi hipermetropia bisa menghilangkan penyimpangan mata sepenuhnya
“Refractive correction alone is effective in improving visual acuity in children with amblyopia caused by anisometropia.” – Cotter SA et al., 2006
2. Lensa Prisma: Mengarahkan Pandangan
Lensa prisma adalah lensa khusus yang digunakan untuk menggeser arah masuk cahaya ke mata, sehingga membuat dua mata tampak sejajar dalam persepsi otak.
📌 Kapan digunakan?
- Saat pasien mengalami diplopia (penglihatan ganda)
- Sebagai alat bantu untuk mengurangi ketegangan otot mata dalam strabismus dewasa
- Untuk strabismus yang tidak terlalu berat dan tidak memerlukan pembedahan
Prisma tidak menyembuhkan strabismus, tetapi membantu otak mengintegrasikan dua gambar dari masing-masing mata.
“Prisms can be a very effective non-surgical treatment in adults with diplopia secondary to small-angle strabismus.” – Kushner BJ, Binocular Vision & Strabismus Quarterly, 1995
3. Lensa Penalti Atropin: Memaksa Otak Melatih Mata Malas
Ini agak unik. Lensa korektif bisa dikombinasikan dengan penalti atropin, yaitu obat tetes mata yang diberikan untuk mengaburkan penglihatan di mata yang lebih kuat. Hasilnya? Otak “dipaksa” untuk menggunakan mata yang lemah.
Alternatif dari tetes atropin ini adalah penutup mata (patching), tapi banyak anak yang merasa tidak nyaman dengan metode patching.
Atropin biasanya digunakan untuk ambliopia ringan hingga sedang, dan telah terbukti efektif dalam berbagai penelitian klinis.
“Atropine treatment for amblyopia was at least as effective as patching, and compliance was higher.” – PEDIG, 2002
Kapan Lensa Tidak Cukup?
Meskipun lensa bisa sangat membantu, tidak semua kasus bisa diatasi dengan lensa saja. Berikut beberapa kondisi yang mungkin memerlukan tindakan lanjutan:
- Strabismus berat yang memerlukan operasi otot mata
- Ambliopia berat yang tidak membaik dengan lensa dan terapi penalti saja
- Kombinasi ambliopia dan gangguan neurologis
Namun, lensa tetap menjadi modal utama yang harus dicoba terlebih dahulu sebelum intervensi lain.
Usia Adalah Kunci
Terapi strabismus dan ambliopia lebih efektif jika dimulai sejak dini. Otak anak-anak masih memiliki plastisitas tinggi – artinya kemampuan otak untuk belajar dan menyesuaikan diri masih sangat besar.
🔔 Batas kritis: Umumnya sebelum usia 7–9 tahun, otak masih bisa dilatih agar mata malas bisa kembali aktif.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mendeteksi dini adanya ketidakwajaran pada penglihatan anak – misalnya sering memiringkan kepala saat melihat, mata tidak sejajar, atau membaca sangat dekat dengan buku.
Kombinasi dengan Terapi Visual
Beberapa pasien juga menjalani terapi visual di klinik – semacam “latihan fisik” untuk mata dan otak. Misalnya:
- Melatih fokus
- Melatih pelacakan objek
- Koordinasi tangan-mata
Lensa korektif mendukung proses ini dengan memberikan penglihatan yang optimal selama terapi dilakukan.
Studi Kasus Ringan: Farel dan Kacamata Ajaibnya
Farel, 6 tahun, dibawa orang tuanya ke dokter mata karena terlihat mata kanannya sering “ngelayap”. Setelah pemeriksaan, ternyata Farel mengalami esotropia ringan dan ambliopia pada mata kiri.
Dokter memberinya kacamata plus karena ia mengalami hipermetropia cukup tinggi. Dua bulan kemudian, posisi matanya membaik dan mata kirinya mulai menunjukkan peningkatan fungsi visual. Dengan terapi tambahan berupa atropin penalti dan latihan visual di rumah, dalam waktu 6 bulan matanya kembali sejajar dan penglihatannya hampir setara di kedua mata.
Ini contoh nyata bagaimana lensa yang tepat bisa mengubah masa depan visual anak.
Penutup: Mata Butuh Latihan, Bukan Sekadar Obat
Strabismus dan ambliopia bukan akhir dari segalanya. Dengan terapi yang tepat – terutama pemilihan lensa korektif yang sesuai – penglihatan bisa dipulihkan, otak bisa “dilatih ulang”, dan kualitas hidup anak maupun dewasa bisa ditingkatkan.
Intinya? Jangan anggap enteng kacamata. Kadang, benda sederhana ini bisa menjadi penyelamat utama dalam terapi gangguan penglihatan.
Daftar Pustaka Ilmiah
- Cotter SA, et al. (2006). "Treatment of anisometropic amblyopia in children with refractive correction." Arch Ophthalmol, 124(6): 797–804.
- PEDIG (2002). "A randomized trial of atropine vs patching for treatment of moderate amblyopia in children." Arch Ophthalmol, 120(3): 268–278.
- Kushner BJ. (1995). "The use of prisms in the non-surgical management of strabismus." Binocul Vis Strabismus Q, 10(4): 165–170.
- Holmes JM, Clarke MP. (2006). "Amblyopia." Lancet, 367(9519): 1343–1351.
- Repka MX, et al. (2013). "Long-term effectiveness of visual acuity improvement with atropine or patching." Ophthalmology, 120(1): 149–153.e1.