Vitiligo Bukan Panu: Mengenal dan Memahami Perbedaannya
Artikel ini akan membahas perbedaan antara vitiligo dan panu dari sudut pandang medis, memperjelas karakteristik masing-masing kondisi, serta memberikan contoh kasus dan referensi ilmiah untuk memperdalam pemahaman.
Apa itu Vitiligo?
Vitiligo adalah gangguan autoimun yang menyebabkan hilangnya pigmen kulit secara bertahap. Hal ini terjadi karena melanosit, yaitu sel penghasil pigmen melanin, mengalami kerusakan atau dihancurkan oleh sistem imun tubuh sendiri.
Ciri-ciri Vitiligo:
- Warna putih pucat yang kontras dengan kulit sekitarnya.
- Tidak bersisik dan permukaannya halus.
- Bisa mengenai berbagai bagian tubuh, termasuk wajah, tangan, ketiak, area genital, bahkan rambut (poliosis).
- Cenderung simetris pada kedua sisi tubuh.
- Tidak menular.
- Tidak gatal, meskipun beberapa penderita melaporkan sensasi terbakar ringan.
Penyebab Vitiligo:
- Autoimun: tubuh menyerang melanosit sendiri.
- Genetik: riwayat keluarga meningkatkan risiko.
- Stres oksidatif: ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan.
- Faktor lingkungan: paparan zat kimia tertentu.
Apa itu Panu?
Panu atau dalam istilah medis disebut tinea versicolor adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Berbeda dengan vitiligo, panu disebabkan oleh mikroorganisme yang tumbuh berlebihan pada permukaan kulit.
Ciri-ciri Panu:
- Bercak putih, merah muda, atau coklat muda.
- Bersisik halus saat digaruk (tanda “sisik halus” atau sign of scrap).
- Biasanya muncul di punggung, dada, leher, atau lengan atas.
- Gatal ringan, terutama saat berkeringat.
- Dapat menular melalui kontak langsung atau barang pribadi.
Penyebab Panu:
- Iklim lembab dan panas.
- Keringat berlebih.
- Sistem imun lemah.
- Kebersihan kulit kurang terjaga.
Perbedaan Vitiligo dan Panu: Tabel Komparatif
Contoh Kasus
Kasus Vitiligo:
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke dokter kulit dengan keluhan bercak putih simetris pada tangan dan wajah yang muncul sejak dua tahun terakhir. Tidak ada rasa gatal atau nyeri. Pemeriksaan dengan Wood’s lamp menunjukkan bercak bersinar terang, menandakan kehilangan pigmen. Diagnosa ditegakkan sebagai vitiligo. Pasien diberikan terapi kombinasi topikal kortikosteroid dan terapi sinar UVB.
Kasus Panu:
Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan bercak putih disertai gatal pada punggung dan dada, terutama setelah berkeringat. Pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hifa pendek dan spora bundar seperti “spaghetti and meatballs” di bawah mikroskop. Pasien didiagnosis tinea versicolor dan diberikan obat antijamur topikal ketoconazole dan sabun khusus.
Diagnosis Klinis dan Penunjang
Vitiligo:
- Pemeriksaan Wood’s lamp.
- Biopsi kulit (menunjukkan tidak adanya melanosit).
- Tes darah untuk antibodi autoimun (seperti anti-TPO).
- Evaluasi tiroid (karena vitiligo sering terkait dengan gangguan tiroid).
Panu:
- Pemeriksaan mikroskopis KOH dari kerokan kulit.
- Pemeriksaan lampu Wood (fluoresensi kuning kehijauan).
- Respon terhadap terapi antijamur.
Mengapa Penting untuk Membedakan Keduanya?
Kesalahan diagnosis antara vitiligo dan panu dapat menyebabkan:
- Salah pengobatan: Penggunaan antijamur pada vitiligo tidak efektif.
- Stigma sosial: Penderita vitiligo sering dikira “kurang bersih” atau “terkena panu”.
- Masalah psikologis: Vitiligo dapat mempengaruhi kepercayaan diri karena perubahan penampilan yang mencolok.
- Keterlambatan terapi yang tepat, terutama pada vitiligo, yang memerlukan terapi jangka panjang.
Cara Merawat Kulit dengan Vitiligo
Meskipun belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan vitiligo, beberapa pendekatan dapat membantu:
- Terapi topikal: kortikosteroid, tacrolimus.
- Terapi fototerapi: Narrowband UVB.
- Terapi sistemik: pada kasus luas.
- Konseling psikologis.
- Kosmetik kamuflase.
Kesimpulan
Vitiligo dan panu adalah dua kondisi kulit yang tampak serupa secara kasat mata, tetapi sangat berbeda secara medis. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk penanganan yang tepat dan menghindari stigma sosial. Vitiligo bukan panu, dan tidak menular. Edukasi yang baik kepada masyarakat bisa membantu penderita vitiligo hidup lebih percaya diri dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Daftar Pustaka (Referensi Ilmiah)
- Taïeb, A., & Picardo, M. (2009). Vitiligo. New England Journal of Medicine, 360(2), 160-169. https://doi.org/10.1056/NEJMra0804635
- Ezzedine, K., Eleftheriadou, V., Whitton, M., & van Geel, N. (2015). Vitiligo. Lancet, 386(9988), 74-84. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60763-7
- Hay, R. J., & Ashbee, H. R. (2014). Mycology. In Rook’s Textbook of Dermatology (9th ed.). Wiley-Blackwell.
- Gupta, A. K., et al. (2014). Tinea Versicolor: A Review. American Journal of Clinical Dermatology, 15(6), 489–502. https://doi.org/10.1007/s40257-014-0091-9
- Krüger, C., & Schallreuter, K. U. (2012). A review of the worldwide prevalence of vitiligo in children/adolescents and adults. International Journal of Dermatology, 51(10), 1206–1212. https://doi.org/10.1111/j.1365-4632.2011.05377.x